Welcome

Welcome

Kamis, 05 Juli 2012

MAKALAH INOVASI KURIKULUM


BAB II
PEMBAHASAN
INOVASI KURIKULUM
A.           Kerangka Dasar Inovasi Kurikulum
Manusia, sebagaimana di kemukakan filsuf modern Bronowski (1978),[1] selalu dalam proses untuk berkembang. It is an ascent of man. Untuk mencapai “kemajuan” dan “kebangkitan”nya, manusia perlu kemampuan untuk belajar. Dengan demikian, nilai dasar dari kurikulum adalah bagaimana mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu belajar. Katakana, the competence learn. Peter M. Sanger, Are the Gues,Rosabeth Mos-Kanter, dan sebagian besar pemikiran manejemen modrn mengembangkan konsep learning organization, bahwa organisasi-organisasi yang selamat, menang, dan menjadi juara adalah organisasi yang mau belajar. Nilai ini telah diakui kebenarannya.
Kurikulum dapat disebut sebagai “muatan pendidikan” sehingga menjdai isu terpokok untuk diperhatikan kualitasnya.
Pada masa lalu kelemahan kurikulum nasional di Indonesia diatasi dengan sisipan substansi Muatan Lokal,termasuk penggunaan bahasa ibu pada kelas awal di sekolah dasar,tetapi muatan nasional tetap dominan karena ada ujian nasional, yang harus dikejar oleh siswa dan guru bahkan juga orangtua siswa, karena menyangkut nasib dan harga diri.
Lalu bagaimana kiat mengatasi kelemahan yang ada, ditambah lagi saat ada isu atau rencana perubahan kurikulum biasanya kita resah dan gelisah, membayangkan berbagai dampak dan konsekuensinya, yang memang nyata ada, baik yang menyangkut segi administrative maupun teknis edukatif yang tak pelak lagi akan menambah kesibukan dan kerepotan guru serta insan pendidikan lainnya. Padahal pada kurun waktu tertentu kurikulum memang harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan “masa kini”. Setiap perubahan sekecil apapun ada konsekuensi logisnya bagi guru, lalu bagaimana agar kita tidak resah dan gelisah menghadapi perubahan tersebut, bagaimana kiat menyiasatinya?
Pertama, kita harus menyadari sepenuhnya hakekat kurikulum,kurikulum sebenarnya hanyalah seperangkat rencana, yang tidak dapat berbuat apa-apa tanpa kebijakan dan kebajikan pelaksananya. Betapapun bagusnya kurikulum disusun oleh pakar yang sangat ahli sekalipun, bahkan hasil penelitian bertahun-tahun, kalau berada ditangan guru yang kurang piawai, tidak banyak manfaatnya dalam pembelajaran, sebaliknya kurikulum yang bersifat standard an hanya berisi garis besar rencana pembelajaran, tetapi dikelola oleh guru yang handal akan dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat efektif dan bermakna bagi pembelajarnya.
Kedua, dalam pembelajaran kurikulum bukan satu-satunya sumber belajar. Ada yang disebut sebagai The Hidden Curriculum, kurikulum yang tersamar, atau kurikulum yang tidak nyata tertulis. The hidden curriculum, merupakan semua hal yang menstimulir anak dan anak mersponnya, merupakan hal di luar kurikulum formal serta mempunyai dampak terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya, tatatertib dan peraturan sekolah/kelas, lingkungan sekitar baik fisik maupun sosial, performance guru dan warga sekolah lainnya, guru merupakan kurikulum yang sangat efektif  bagi siswa, apapun yang dilakukan guru, cara berpakaian, cara bicara, sikap terhadap guru lain merupakan kurikulum bagi siswa, ada lagi The hidden curriculum yang sangat efektif, yaitu tayangan televisi, juga merupakan kurikulum bagi siswa, semua itu akan membentuk sikap dan kepribadiannya, membentuk persepsi terhadap lingkungan masyarakatnya, kemudian merespon dan mempengaruhi tumbuhkembangnya.
Ketiga, keberhasilan tujuan pendidikan, khususnya pembelajaran juga ditentukan oleh perangkat lainnya seperti kecukupan sarana dan prasarana, kecukupan biaya yang tersedia, adanya sumberdaya pengelola yang kompeten baik guru, kepala sekolah, pengawas sampai para Pembina pendidikan lainnya, dan tatakelola atau manajemen yang baik (demokratis, transparan dan akuntabel), keterlibatan secara aktif, masyarakat dan stakeholder lainnya, dan tak kalah pentingnya adalah kebijakan dan kebajikan pemerintah pusat maupun daerah, pengawas hingga sekolah bahkan guru kelas melalui policy-nya, sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan secara umum.   
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa apapun kurikulumnya, masih banyak aspek lain yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, kurikulum formal bukan satu-satunya perangkat dalam pembelajaran,demikian juga masih banyak pihak yang seharusnya bertanggungjawab terhadap keberhasilan pembelajaran selain guru kelas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran:[2]
1.         Faktor  Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu :
a.         Kecerdasan/intelegensi
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan “salah satu aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.”
Slameto (1995:56) mengatakan bahwa “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.”
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b.      Bakat
Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.”


c.       Minat
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”
d.      Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Nasution (1995:73) mengatakan motivasi adalah “segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
(a)        motivasi instrinsik; dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
(b)      motivasi ekstrinsik; dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
2.    Faktor  Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.”

a.         Keadaan Keluarga
Hasbullah (1994:46) mengatakan: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.”
b.        Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
c.         Lingkungan Masyarakat
lingkungan merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
M. Francis klein dalam bukunya Curriculum Reform in the Elementary School menyatakan ada lima substansi suatu inovasi kurikulum, yaitu:
1) menetapkan perencanaan. Perencanaan  harus menekankan perubahan yang diinginkan dan harus didasarkan pada sekumpulan data sekolah dan visi yang akan dilakukan sehubungan dengan pembaharuan tersebut.
2) menguji kurikulum secara komprehensif. Kurikulum hendaknya didefinisikan dan diuji secara komprehensif dari berbagai sudut, antara lain: lembaga persekolahan, fungsi sekolah, dan tujuan kurikulum.
3) menganalisis kesenjangan antara teori dan praktek. Walaupun sekolah tampaknya merupakan tempat yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, namun masih banyak hal yang memerlukan penyempurnaan. Seperti apa yang diharapkan sekolah berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan.
4) perhatian terhadap kurikulum implisit. Dalam mengembangkan substansi kurikulum implisit perlu diperhatikan hal-hal yang tidak tersurat yang ada dipersekolahan, seperti budi pekerti, kesantunan berbahasa, dan berprilaku baik.
5) mengembangkan pendekatan yang sistematis. Suatu pendekatan yang sistematis terhadap perbaikan kurikulum harus menggunakan pendekatan yang sistematis. Hal ini disebabkan suatu aspek perubahan yang kecil akan membawa dampak terhadap aspek persekolahan yang lain.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KURIKULUM
Perubahan kurikulum dari tahun ke tahun merupakan kebijakan yang diambil pemerintah. Alasan pemerintah melakukan perubahan kurikulum pendidikan yang baru adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Akan tetapi tujuan dari pemerintah tidak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan.[3]
Menurut Soetopo dan Soemanto (1991:40-41), ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.[4]
Pertama, bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.

Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak , perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama . Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas , dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.

Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia . dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan. Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar.

E. SEBAB-SEBAB KURIKULUM ITU DIUBAH

Kurikulum itu selalu dinamis dan senantiasa dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam faktor-faktor yang mendasarinya. Tujuan pendidikan dapat berubah secara fundamental, bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi Negara yang merdeka. Dengan sendirinya kurikulum pun harus mengalami perubahan yang menyeluruh.
Kurikulum juga diubah bila tekanan dalam tujuan mengalami pergeseran. Misalnya pada tahun 30-an sebagai pengaruh golongan progresif di USA tekanan kurikulum adalah pada anak, sehingga kurikulum mengarah kepada child-centered curriculum sebagai reaksi terhadap subject-centered curriculum yang dianggap terlalu bersifat adult dan society-centered. Pada tahun 40-an , sebagai akibat perang, asas masyarakatlah yang diutamakan dan kurikulum menjadi lebih society-centered. Pada tahun 50-an dan 60-an, sebagai akibat sputnik yang menyadarkan Amerika Serikat akan ketinggalan dalam ilmu pengetahuan, para pendidik lebih cenderung kepada kurikulum yang discipline-centered, yang mirip kepada subject-centered curriculum. Tampaknya seakan-akan orang kembali lagi kepada titik semula. Akan tetapi, lebih tepat, bila kita katakan, bahwa perkembangan kurikulum seperti spiral, tidak sebagai lingkaran, jadi kita tidak kembali kepada yang lama, tetapi pada suatu titik di atas yang lama.
Kurikulum dapat pula mengalami perubahan bila terdapat pendirian baru mengenai proses belajar, sehingga timbul bentuk-bentuk kurikulum seperti activity atau experience curriculum, programmed instruction, pengajaran modul, dan sebagainya.
Perubahan dalam masyarakat, eksplosi ilmu pengetahuan dan lain-lain mengharuskan adanya perubahan kurikulum. Perubahan-perubahan itu menyebabkan kurikulum yang berlaku tidak lagi relevan, dan ancaman serupa ini akan senantiasa dihadapi oleh setiap kurikulum , betapapun relevannya pada suatu saat.
Maka karena itu perubahan kurikulum merupakan hal biasa. Malahan mempertahankan kurikulum yang ada akan merugikan anak-anak dan demikian fungsi kurikulum itu sendiri. Biasanya perubahan satu asas akan memerlukan perubahan keseluruhan kurikulum itu.
Menurut Anan Z. A (2008:20) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil yang signifikan karena berbagai faktor:[5]
1.             Konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2.             Draft kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan.
3.             Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja­lankan tugas instruksional bagi siswanya.
Dengan demikian KTSP sebenarnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dilaksanakan berdasarkan kurikulum 2004, hanya telah mengalami penyempurnaan dengan tujuan agar kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam KBK bias ditanggulangi, baik pada tataran perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pengaruh perubahan kurikulum KBK (2004) ke KTSP (2006)  yang relative singkat terhadap dunia pendidikan dapat dirasakan oleh dua elemen pendidikan.
1.             Guru
Guru mengalami kesulitan dalam mengikuti aturan pembelajaran dalam kurikulum KTSP, Karena sebelumnya pada kurikulum KBK pun guru mengalami kesulitan dalam pengaplikasian metode pembelajaran di dalam kelas.
2.             Siswa
Sama halnya dengan guru yang kesulitan dalam pengaplikasian kurikulum yang baru, siswa pun kesulitan untuk mengikuti metode pembelajaran yang tidak biasa mereka jalani. Terdapat keraguan pada siswa dalam proses belajar.




  
        








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum;
1.         Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis.
2.         Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali.
3.         Pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia

Sebab-sebab kurikulum itu diubah;
Menurut Anan Z. A (2008:20) Penyebab berubahnya kurikulum 2004 (KBK) ke Kurikulum KTSP adalah Penyempurnaan KBK menjadi KTSP disebabkan KBK tidak menunjukkan hasil yang signifikan karena berbagai faktor:
1.        Konsep KBK belum dipahami secara benar oleh guru.
2.        Draft kurikulum yang terus menerus mengalami perubahan.
3.        Belum adanya panduan strategi pembelajaran yang mumpuni (mayoritas masih berbasis materi), yang bisa dipakai pegangan guru ketika akan menja­lankan tugas instruksional bagi siswanya.








DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/14540329/MAKALAH-INNOVASI-KURIKULUM diakses tanggal 09-05-2012 
http://santisalayanti.blog.stisitelkom.ac.id/2011/12/18/yang-mempengaruhi-keberhasilan belajar/diakses tanggal11- 05-2012
http://www.scribd.com/doc/52769458/8/Perubahan-Kurikulum diakses tanggal 09-05-2012

http://lunnablog-luna.blogspot.com/2010/10/mengapa-kurikulum-berubah.html diakses tanggal 09-05-2012
http://dc306.4shared.com/doc/aarxpjCl/preview.html diakses tanggal 11- 05-2012


[1] http://www.scribd.com/doc/14540329/MAKALAH-INNOVASI-KURIKULUM diakses tanggal 09-05-2012
[2] http://santisalayanti.blog.stisitelkom.ac.id/2011/12/18/yang-mempengaruhi-keberhasilan-belajar/diakses tanggal11- 05-2012
[5] http://dc306.4shared.com/doc/aarxpjCl/preview.html diakses tanggal 11- 05-2012


1 komentar: